Jumat, 18 Februari 2011

Suporter Dilarang Naik Kereta

MALANG- Rentetan peristiwa tidak mengenakkan terkait aksi suporter sepakbola memaksa PT KAI (Kereta Api Indonesia) mengeluarkan langkah tegas. Preseden buruk yang selalu terulang tiap kali mengangkut komunitas suporter sepakbola tanah air menjadi dasar acuan dikeluarkannya sejumlah kebijakan itu.
Kerugian demi kerugian materi yang diderita PT KAI seolah membuat pihak pengelola merasa jera. Bagaimana tidak, tiap kali mengangkut pendukung tim tertentu, gerbong mereka selalu menjadi sasaran amuk masa. Lemparan batu hingga bom molotov menjadi ‘santap’ wajib yang selalu diterima.
Gerbong yang mengangkut rombongan Aremania tour de Batavia menjadi salah satu contoh kebrutalan oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Sepanjang perjalanan, KA yang mengangkut rombongan suporter Singo Edan tak henti mendapat teror. Seperti saat melintas daerah Karawang dan juga Kediri. Perlakuan tidak simpatik menjadi kenyataan pahit yang harus diterima.
Melalui surat dari Direksi PT KAI kepada Ketua Umum KONI dan PSSI No KU.502/1/4/KA-2011 tanggal 26 Januari 2011 perihal tindakan anarkis supporter sepakbola, PT KAI menelurkan empat langkah tegas. Yaitu keputusan tidak akan mengangkut suporter, menindak tegas suporter yang memaksa naik KA, bekerja sama dengan aparat kepolisian dan TNI, serta menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita kepada penyelenggara pertandingan serta pemda yang mengkoordinir suporter.
Keputusan tersebut terdengar cukup mengejutkan bagi suporter. Bagaimana tidak, selama ini kelompok pendukung tim sepakbola seperti Aremania selalu memanfaatkan jasa KA untuk melakukan perjalanan antar daerah. Meski begitu, kebijakan baru tersebut cukup bisa dimaklumi. “Kalau dari PT KAI, itu masuk akal. Kita mengerti kalau mereka merasa dirugikan,” ungkap Ponidi alias Tembel, koordinator Aremania korwil Stasiun.
Namun, ada jalan tengah yang kini sedang dirumuskan bersama. Harapannya bisa menjadi solusi terbaik bagi seluruh pihak. “Jadi, sebagai jalan tengah suporter tetap bisa naik kereta, tapi tanpa atribut dan bayar penuh. Seperti penumpang umum lainnya,” terang Tembel kepada Malang Post, kemarin siang. (tom/bua)


silakan berkomentar di fb koment...apabila tulisanya tidak jelas langsung di block tulisanya atau ctrl + a Terimakasih

0 komentar:

Posting Komentar