Jumat, 26 November 2010

Penasehat LPI: Arema Tetap Milik Aremania

Keikutsertaan Arema di Liga Primer Indonesia (LPI) memang masih belum jelas, terkait bukti tertulis yang sampai detik ini belum ditunjukkan oleh pihak penyelenggara. Namun, melalui penasehatnya, Dityo Pramono, pihak LPI menjamin Arema tetap milik warga Malang.

Buka Kartu. Dityo Pramono saat bertandang ke Ongisnade bersama perwakilan Arema. (Foto: Ongisnade/Adi Kusumajaya)

“Kiblat sepak bola Indonesia itu berada di Malang. Di Arema. Karena itulah, kami sangat mengharapkan Arema benar-benar jadi bergabung dengan LPI,” ujar Dityo kepada Ongisnade, Rabu (24/11).

“Sekarang itu kiblat sepakbola bukan di Bandung, bukan di Jakarta, tapi di Malang. Nah, kan lucu kalau Arema dipindah dari Malang, justru Aremania ini lah yang nantinya bisa memiliki Arema, selama ini kan mereka hanya diperas saja tanpa bisa memonitor kinerja manajemen dan yang pasti, ke depan mereka adalah bagian vital dari klub.”

Lebih jauh, Dityo yang datang ke Malang dan menyambangi beberapa media lokal tersebut lantas menanggapi krisis finansial yang terjadi di Arema dan rata-rata klub tanah air. Tak ayal, Dityo pun mengungkap misi LPI kepada klub-klub pesertanya.

“LPI bertujuan untuk menggelar sebuah kompetisi yang sehat. Selain secara teknis pertandingan, kami juga akan membenahi masalah keuangan dari tiap klub peserta LPI. Kami telah menyusun sebuah rencana untuk membuat keuangan klub itu sehat.”

Sementara itu, perwakilan Arema, Dito Arief yang ikut hadir dalam sosialisasi tersebut mengutarakan jika pihaknya berusaha memfasilitasi niatan baik LPI untuk bisa menjelaskan tentang liga yang sedianya akan bergulir pada 8 Januari 2011 mendatang itu.

“Ya keberadaan mereka kan dalam rangka sosialisasi, tentang bagaimana realisasi konsep yang sudah ada, biar masyarakat Malang tahu secara luas.” (onn/lia)




Terimakasih
Read more..

Kamis, 11 November 2010

Film: “Arema, Agama Kedua”



Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memproduksi film dokumenter “Arema, Agama Kedua” sebagai bentuk pemahaman terhadap masyarakat mengenai film dokumenter dan aplikasi mata kuliah. “Film yang dibuat mulai Maret hingga Agustus 2010 itu menceritakan sisi lain klub sepak bola asal Malang, Jawa Timur (Jatim), Arema. Cerita mulai dari awal berdirinya Arema hingga menjadi juara Indonesia Super League (ISL) 2010,” kata Line Producer Film “Arema, Agama Kedua” Fajar Junaedi di Yogyakarta.

Menurut dia, dengan mewawancarai sosok-sosok di balik kesuksesan Arema, seperti pendiri, manajer, orang-orang yang terlibat dalam pendirian Arema, pelatih, pemain, dan dan suporter.

“Selain ingin mengenalkan sisi lain dari film dokumenter, film tersebut juga ingin mengungkapkan sisi lain dari Arema. Menurut data dari Asian Footbal Confederation (AFC) pada musim pertandingan 2009/2010 suporter Arema merupakan suporter paling banyak, dengan rata-rata di setiap pertandingan tandang maupun kandang dipadati sekitar 30 ribu suporter,” katanya.

Ia mengatakan, Arema secara manajemen juga berbeda dengan klub sepak bola lain yang ada di Indonesia. Ketika klub sepak bola lain masih berpegang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Arema mampu bertahan dengan mandiri.

Hal itu yang kemudian mendorong mahasiswa untuk membuat film dokumenter mengenai Arema. Selain mengaplikasikan ilmu juga ingin mengungkapkan kepada masyarakat mengenai sisi lain dari Arema yang bertahan tanpa APBD.

“Kami berharap seluruh klub sepak bola di Indonesia setelah melihat film dokumenter itu nanti tidak hanya berharap pada APBD dan mampu bertahan secara mandiri,” katanya.

Menurut dia, saat ini kecenderungan dana yang disalurkan kepada klub sepak bola dianggap membebani APBD. Padahal, di luar negeri klub-klub sepak bola mampu bertahan secara mandiri bahkan dapat mendatangkan keuntungan bagi pemilik klub tersebut.

Terkait pemilihan judul film “Arema, Agama Kedua”, ia mengatakan, proses pembuatan film tersebut melalui penelitian. Pada saat riset tampak bahwa masyarakat Malang ketika atribut yang bergambar simbol Arema, yakni singa dirusak mereka akan marah.

“Berdasarkan penelitian itu, akhirnya kami memilih judul tersebut untuk film dokumenter yang kami produksi yang menggambarkan perjalanan klub sepak bola Arema,” katanya. (Antara)



Terimakasih
Read more..

Selasa, 09 November 2010

Sepakbola dan politik

Sepakbola dan politik. Keduanya memiliki kesamaan dimana sama-sama memperebutkan tahta. Bedanya politik memiliki legitimasi dalam mencapai tujuan. Sementara Sepakbola mengedepankan unsur persaingan. Yang terbaik bukan ditentukan oleh banyaknya suara dan seberapa besar massa yang mendukung tetapi oleh banyaknya gol ke gawang lawan. Dewasa ini Sepakbola tidak hanya sekedar banyaknya gol yang tercipta, tetapi juga permainan indah ala Jogo Bonito maupun Tango.

Politik memang berkaitan erat dengan dunia Sepakbola. Entah, apakah memang manusia membutuhkan media lain untuk menunjukkan kedaulatannya. Contoh konkret ketika Italia di Piala Dunia 1934 dan 1938 yang menjadi kampanyen politik rezim Benito Mussolini. Bahkan sampai memunculkan isu jika Italia gagal menjadi juara dunia maka nyawa harus dipersiapkan sebagai tumbal. Nyatanya prestasi dalam dunia sepakbola dianggap lebih dari sekedar kebanggan suatu negara.

Politik memang merambah dunia sepakbola. Berlusconi semasa menjabat sebagai perdana menteri sanggup menjadi orang nomor satu di AC Milan. Prestasinya sangat mengesankan. Beberapa kali AC Milan diantarkan ke tangga Juara. Mahkota Liga Champions Eropa bahkan pernah direbutnya.
Publik boleh menilai, untuk melapangkan jalan menuju tahta kekuasaan diperlukan banyak pelicin yang kita sebut sebagai uang. Di Indonesia kalimat ini boleh kita tambahkan “Untuk menjadi walikota/bupati kita memerlukan sepakbola sebagai penarik simpati rakyat”. Dengan kata lain pengertian sepakbola di Indonesia memiliki persepsi sebagai ladang uang, simpati dan kesuksesan.
Politik ibarat menjalankan sebuah tirani. Ia kuat mencengkeram Bola Dunia. Artinya di seluruh dunia politik bukan lagi sebuah mata kuliah yang tercantum dalam kurikulum pendidikan. Politik ibarat authority untuk mengatur kebijakan hidup umat manusia.

Tidak ada celah tanpa kehadiran politik. Setiap umat manusia membutuhkan politik untuk menumbuhkan nalar dan daya pikirnya. Bagi sebagian umat manusia, dengan berpolitik ia bisa melampiaskan nafsunya. Yups, nafsu kekuasaan dan ingin memerintah adalah anugerah Tuhan YME.

Tidak ada aspek kehidupan yang tidak luput dari jamahan politik. Sepakbola bagi sebagian manusia dipandang sebagai agama kedua. Ibaratnya Sepakbola adalah sesuatu yang sifatnya principle.

Lihatlah berapa banyak perputaran uang dalam kompetisi Liga Indonesia. Jika setiap klub minimal menghabiskan dana 10 Miliar Rupiah, maka untuk 28 Klub yang berlaga di Liga Indonesia 2006 minimal menghabiskan 280 Miliar rupiah. Ironis memang sebagian besar uang tersebut dipungut dari rakyat, sementara rakyat ketika masuk stadion masih disuruh membeli tiket.

Indonesia ini memang hobby menjadi orang latah. Ketika yang satu sibuk menjadi pembina sepakbola di kotanya dan sukses, yang lain segera mengikutinya. Dana APBD ramai-ramai digerogoti untuk tujuan pembinaan sepakbola. Walaupun hasilnya nihil dan prestasi tak kunjung diraih.

Yang lebih ironis ketika uang milyardan tersebut tadinya untuk memperbaiki materi tim. Tapi apa mau dikata ketika tim tersebut kalah mobilitasnya dalam memburu pemain. Alhasil pemain pas-pasan yang didapat. Sementara sebagian dana kemungkinan bisa digunakan untuk bancakan para pengurusnya.

Di sisi lain sepakbola dijadikan ajang menarik simpati rakyat. Menjelang Pilkada Klub yang dibina salah satu peserta Pilkada disibukkan untuk meraih kemenangan sebagai alat kampanye. Kemenangan dihargai mahal dan dijadikan dalih ini adalah berkat usaha Sang peserta Pilkada tersebut. Nampaknya Pilkada dijadikan sebagai ajang Pilkadal(Pemilihan Para Kadal).

Sepakbola sepenuhnya melahirkan unsur teknis dan kolektivitas tim dalam suatu permainan. Sepakbola bukan bergantung dari keikutsertaan para peserta Pilkada atau politikus yang berkepentingan untuk mengamankan kekuasaanya. Hanya publik yang bisa menentukan apakah seterusnya ingin dikadali oleh “Gibol” yang 100% tidak ikhlas mengabdikan dirinya dalam dunia sepakbola itu.

Sepakbola sebagai pencerminan olahraga yang multidimensi memang menghadirkan daya tarik yang luar biasa besar. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 10 juta penduduknya adalah mania bola. Dari sekian ini, tentu ada segelintir orang yang menginginkan potensi yang sedemikian besar untuk memuluskan tujuannya.

Adam Smith, Martin Luther, Friedrich Engels, Niccolo Macchiavelli dan sederet nama besar lainnya telah menghadirkan skema politik untuk kita pelajari. Beberapa tahun kita duduk di bangku sekolah untuk mempelajari bahwa politik dan kekuasaan tidaklah berbeda jauh. Pada akhirnya kita dihadapkan pada kenyataan mempertahankan kekuasaan adalah sebuah prioritas, sementara kemakmuran rakyat bukanlah sebuah tujuan.

Indonesia adalah negara yang berkembang tahap pemikirannya. Mereka masih mencoba menemukan tentang jatidiri Indonesia sebenarnya. Ataukah memang jatidiri Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945 itu sudah diketemukan sejak lama namun tidak pernah diterapkan dalam kehidupan

Terimakasih
Read more..

Jumat, 05 November 2010

Njanka : Setiap Permainan Tujuannya Adalah Kemenangan

Njanka : Setiap Permainan Tujuannya Adalah Kemenangan
Pelajaran Berharga dari Laga Lawan Pelita Jaya
04.11.2010 09:43
Sang Kapten, Njanka banyak mengambil pelajaran berharga saat laga lawan Pelita Jaya
Pertandingan Arema Indonesia vs Pelita Jaya yang berakhir 1-0, buat Sang Kapten adalah pertandingan yang luar biasa. Njanka mengaku banyak belajar dari pertandingan tersebut.

Pelajaran yang berharga itu yakni bahwa setiap pertandingan kadang banyak hal yang menguntungkan bagi tim, dan kadang sebaliknya. Njanka mengatakan bahwa dalam setiap pertandingan, idialnya ketika tim bermain bagus, maka hasilnyapun akan bagus.

Saat pertandingan lawan Pelita Jaya, Njanka mengaku sejujurnya bahwa tim kurang bermain bagus, tapi justru tim membawa kemenangan. Sebaliknya, dalam beberapa kesempatan pertandingan, Arema Indonesia tampil luar biasa dan sangat bagus justru hasilnya tim mengalami kekalahan, seperti saat menjalani away di Persisam Samarinda, yang berkesudahan 1-0 untuk tim tuan rumah.

Karena itu, mantan pemain Timnas Kamerun di Piala Dunia 1998 dan 2002 itu mengaku, kedepan mengharapkan kondisi tersebut tidak mempengaruhi psikis pemain. Terpenting, kedepan di setiap tampilannya, pemain Arema Indonesia harus tampil maksimal. Bersyukur bila permainan bagus menuai hasil yang bagus pula, tapi prinsip adalah setiap permainan tujuannya adalah kemenangan.

Waktu dua bulan libur, lanjut Njanka, adalah waktu yang cukup untuk terus memperbaiki performence tim. Njanka, juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Aremania yang terus memberikan dukungan, kritik dan saran yang dilontarkan, menjadi penyemangat untuk terus memperbaiki diri.

Pelajaran berharga tadi, juga diharapkan bisa dipahami juga oleh Aremania, namun bukan berarti menyurutkan dukungannya, justru sebaliknya tiada henti untuk memberikan dukungan untuk memacu motivasi pemain.


Terimakasih
Read more..

Features-Content

Recent Posts