Selasa, 12 Juli 2011

Mengenang Tragedi 13 Juli 2005

13 Juli 2005, Sore itu Arema menggelar pertandingan super bigmatch. Lawan yang dihadapi tidak main-main. Tim itu adalah andalan dari Ibu Kota. Persija namanya. Pertandingan sendiri berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Arema. Gol dicetak oleh Emeleu Serge.



Pada saat itu Puluh Ribuan Aremania berbondong-bondong menuju ke Stadion untuk mendukung tim kesayangannya. Ditambah ratusan The Jakmania yang datang dari Jakarta maupun Malang menambah semarak stadion.

Stadion Kanjuruhan yang berkapasitas 50.000 tampak padat dan meluber di tengah-tengah 80.000 Aremania yang datang memasuki stadion sejak pkl 10 pagi.

Namun belum berakhir pertandingan terjadi sebuah tragedi yang memilukan dimana salah satu pagar pembatas di sisi Stadion jebol karena tak mampu menampung ribuan Aremania.

Satu orang meninggal dan puluhan lainnya luka-luka terjatuh ke sentelban yang memiliki parit sedalam 2 meter.

Hari ini kita masih mengenangnya. Tepat 5 tahun tragedi itu berlangsung kita harap semoga peristiwa ini akan menjadi terakhir kalinya.
In Memoriam, Fajar Widya Nugraha(16).

Satu Aremania Tewas, Kediri Hujan Kartu

MALANG - Kemenangan Arema atas Persija (1-0) di Stadion Kanjuruhan
kemarin harus dibayar mahal. Satu anggota suporter Aremania, Fajar Widya Nugraha,
22, warga Perum Dirgantara Permai Blok B/ VIII 22, tewas setelah terjatuh
dari tribun ekonomi sebelah selatan. Korban jatuh bersama puluhan Aremania
lainnya.

Puluhan Aremania yang memang tidak kebagian tempat di tribun ekonomi itu
berdesak-desakan untuk turun ke sentelban. Akibat berebut untuk segera
mendapatkan tempat duduk dan sebagian ingin berebut meloncat turun itulah,
pagar tidak mampu menahan. Pagar besi itu akhirnya ambruk dan puluhan
Aremania berjatuhan saling tindih ke selokan sedalam kurang lebih dua meter.
Menurut beberapa saksi mata, Fajar jatuh lebih dulu dengan posisi kepala di
bawah. Sehingga ia sempat tertimpa puluhan Aremania lainnya. Akibatnya,
kepala korban remuk serta bagian tulang tangan kanan retak. Petugas medis
langsung menolong Fajar dengan memberikan bantuan oksigen buatan.
Sayang nyawa korban akhrinya tidak tertolong saat menuju perjalanan ke RSI
Gondanglegi. Selain Fajar, ada 12 korban lain yang mengalami luka berat.
Sampai berita ini diturunkan, sebagian korban dirawat di RSI Gondanglegi dan
lainnya berada di BRSD Kepanjen.

Satu di antaranya Rahman, warga Jalan Diponegoro 323 Kalibendo RT 3 RW 2,
Lawang, yang mengalami gegar otak. Kini korban masih dirawat di RSI
Gondanglegi. "Data dari PMI yang kami terima yakni masih korban gegar otak.
Namanya Rahman dari Lawang," kata Edy Mulyono, camat Kepanjen, usai
pertandingan kemarin. Jenazah Fajar kemarin langsung dibawa ke RSI
Gondanglegi.

Pengurus Arema langsung gerak cepat dengan mengurus kepulangan jenazah
ke rumah duka. Pada laga menjamu Persija kemarin, penonton di stadion
berkapasitas 60 ribu itu meluber. Sampai-sampai sentelban dipenuhi penonton.
Bahkan, tempat ofisial dan pemain cadangan Arema pun "dikuasai" penonton
sehingga ofisial Arema terpaksa pindah ke pinggir garis lapangan. Kondisi
yang sama terjadi pada ofisial Persija. Bukan hanya itu. Inspektur
pertandingan (IP) dari PSSI juga harus pindah tempat di dekat garis
lapangan.


AFC Soroti Insiden Kanjuruhan

Maraknya kerusuhan suporter di Indonesia membuat AFC risih. Induk
organisasi sepak bola tertinggi di Asia itu langsung menegur PSSI.
Mereka mengaku sangat gerah dengan insiden kematian salah satu penonton
di Satdion Kanjuruhan Malang, saat tuan rumah Arema menjamu Persija
Jakarta, 13 Juli lalu.

"Saya sangat menyesalkan kejadian yang sampai mengakibatkan korban jiwa
itu. Kondisi ini sudah sering terjadi di Indonesia, jelas itu bukan
sebuah perkembangan yang baik. Untuk itu, AFC meminta agar kasus ini
dapat secepatnya diinvestigasi," kata Peter Velappan, melalui situs
resmi AFC.

Pada saat kejadian tersebut, Peter memang tengah di Indonesia dalam
rangka peninjauan program Vision Asia di Bandung dan Jogjakarta. Jadi,
pria berkebangsaan Malaysia ini mengaku langsung memantau dari berbagai
media lokal. Permintaan Peter mengenai pengusutan kasus ini juga tidak
sekadar pemeriksaan biasa. Pria ini ingin insiden tersebut harus tuntas,
agar hasilnya dapat menjadi perbandingan untuk klub lain di Indonesia.
Dia juga mengungkapkan kalau persoalan sepak bola Indonesia kini tidak
hanya menjadi masalah dalam negeri saja. Namun, permasalahan yang timbul
juga bisa menjadi konsumsi seluruh benua Asia. PSSI sendiri tidak
menolak permintaan investigasi AFC itu. Mereka menunjuk Ketua Komisi
Keamanan Azhar Suryabrata untuk memimpin langsung investigasi ini.
"Kami tidak perlu membentuk tim untuk persoalan ini. Komisi keamanan
akan bekerja mengusut sampai tuntas insiden Kanjuruhan itu. Kami juga
memberi batas waktu pengusutan selama dua minggu, sehingga hasilnya
nanti juga langsung kami kirim ke AFC," kata sekjen PSSI, Nugraha
Besoes.

Selain menerjunkan komisi keamanan untuk, PSSI juga akan memanggil
beberapa klub yang dinilai bermasalah. Hari ini rencananya komisi
disiplin (komdis) PSSI akan memanggil pihak Arema. Pada saat yang sama
komdis juga memanggil pemain PSPS Pekanbaru, Rochy Putiray terkait kasus
pemogokan timnya.

Lalu, mereka akan memanggil Persita dan Sriwijaya FC, yang pada laga 12
Juli lalu pemain kedua tim terlibat aksi saling pukul. Tidak ketinggalan
pula beberapa klub yang bermasalah seperti Persmin Minahasa juga akan
mendapat panggilan. (ess)

0 komentar:

Posting Komentar