Sabtu, 29 Januari 2011

Catatan Aremania Parahyangan

Dikirim oleh Marlitha Giofenni (Arema Parahyangan)

Kami merasa perlu menceritakan kronologis keberadaan Aremania di Siliwangi pada laga Persib kontra Arema, 23 Januari 2011 berdasarkan apa yang kami (Aremania) alami, sebagai informasi kepada nawak-nawak yang lain, agar tidak terjadi opini-opini yang justru berujung pada provokasi negatif.

Bertemu Pemain Arema dan Ketua Viking Persib Club.
Hari Jum’at, 21 Januari 2010, kami, Aremania Parahyangan, sepakat mengunjungi hotel tempat punggawa Singo Edan menginap. Kebetulan hotel tersebut terletak di Jl. Dr. Djunjunan (Pasteur) Bandung, Hotel Topas Galeria. Hotel yang sama ketika pemain Arema ke Bandung bulan Juli tahun 2010 (8 besar Piala Indonesia).
Rupanya para pemain sedang meeting di salah satu ruangan hotel ketika Aremania berdatangan, kami menunggu di lobi hotel, sambil ngobrol dengan Sam Saiful, salah satu official Arema. Selepas Maghrib, pemain mulai menuju musholla dan kamar masing-masing. Seperti biasa, layaknya bertemu tokoh idola, kamera digital, kamera handphone, spidol, dan soak menjadi alat kami dalam mengabadikan momen pertemuan langsung dengan punggawa Singo Edan.

Di antara Aremania yang hadir malam itu, terdapat salah satu nawak dari Aremania (bukan Aremania, asli Bandung), dia didapuk menjadi fotografer kami, tentunya dengan membawa kameranya yang canggih, Eko namanya. Rambut Eko yang keriting dan gondrong, membuat Esteban tiba-tiba nyeletuk “Ada Giring Nidji!”, bahkan pemain yang bernomor punggung 17 ini sempat menyenandungkan lagu Nidji yang berjudul “Sang Mantan”. Kami tak menyangka bahwa pemain asal Uruguay ini merupakan penikmat musik Indonesia.

Pukul 20.00 WIB, di tengah dingin dan gerimis Kota Bandung, kami meluncur menuju daerah Monumen Perjuangan (Depan Gasibu), di salah satu “angkringan” di antara jajaran warung-warung yang menjual berbagai makanan tersebut, kami telah ditunggu Pak Heru Joko (Ketua Viking Persib Club) dan beberapa rekan-rekannya. Ini merupakan silaturahmi kami yang kesekian kali. Sambil mengobrol santai,kami menyinggung mengenai pemesanan tiket untuk Aremania, juga teknis rencana pengibaran bendera Arema di Stadion Siliwangi pada hari Minggu.

Nonton Arema Uji Coba Diliput Wartawan
Keesokan harinya, ayas dan Mbak Emil menuju Fanshop Viking di Jl. Banda untuk menyerahkan uang pemesanan tiket. Animo Bobotoh yang memesan tiket di Fanshop Viking cukup besar, membuat distro resmi Viking tersebut ramai oleh pendukung Persib yang tak ingin kehabisan tiket untuk laga super big match ini. Melihat kesibukan yang ada di sana pada H-1 pertandingan Persib vs Arema, mengingatkan ayas pada Aremania di Malang yang tentu juga akan memesan tiket pertandingan kandang Arema pada tiket box yang ditentukan. Hal ini mengantisipasi membludaknya jumlah penonton sehingga tidak perlu khawatir mendapatkan tiket, juga untuk menghindari pembelian tiket pada calo yang harganya lebih tinggi dari harga yang ditentukan. Faktor ekonomis.


Pemain Arema saat uji coba di Stadion Siliwangi

Setelah makan siang, kami langsung menuju Stadion Siliwangi. Di sana telah hadir nawak-nawak Aremania yang lain. Menurut official Arema, para pemain mengadakan uji coba lapangan sore hari. Kami memasuki stadion dan menyerbu tribun VIP, menikmati duduk di kursi yang dijual seharga Rp 150.000,00 untuk pertandingan hari Minggu, secara gratis. Kami beruntung tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk dapat meletakkan pantat (maaf) disitu, merasa bahwa fasilitas yang ada tidak sebanding dengan jumlah uang yang dikeluarkan.


Aremania Parahyangan di Siliwangi saat ujicoba

Sekitar satu setengah jam kami menunggu, akhirnya Bus Damri AC yang membawa pemain Arema datang. Tiba-tiba Stadion Siliwangi juga ramai oleh penonton, bukan hanya Aremania saja. Official pun harus memperingatkan penonton yang “bandel” agar tidak terlalu dekat dengan lapangan. Seperti yang sudah-sudah, kamera-kamera pun diarahkan kepada skuad Singo Edan, tak peduli ketika mereka melakukan pemanasan sekalipun.

Kejadian lucu, saat pemain sedang berlatih, tiba-tiba sebuah layang-layang putus melayang pelan di atas lapangan, beberapa pemain memperebutkan dan memainkannya. Hal itu membuat penonton di pinggir lapangan tersenyum melihat tingkah mereka.


Bersama Dendi dan Zulkifli

Pukul 17.00 WIB latihan selesai, pelatih Miroslav Janu kemudian melayani sesi wawancara dengan para wartawan. Di lain pihak, kesempatan terakhir itu dimanfaatkan oleh penonton untuk berfoto dengan pemain, bahkan tak sedikit yang berlari-lari mengejar para atlet hingga menuju bus.

Ternyata Esteban masih ingat pertemuannya dengan “Giring Nidji” palsu, dia pun berkomentar dengan Bahasa Indonesia yang lumayan fasih “Eh ketemu lagi!”. Eko sendiri pun berhasil berfoto dengan Ahmad Bustomi, karena malam sebelumnya pemain bernomor punggung 19 tersebut belum datang ketika kami berada di Hotel. Menurut rekan Aremania yang tidak ikut bertemu Pak Heru, Ahmad Bustomi datang malam itu, ketika kami sudah pergi.


Esteban dan Giring Palsu

Ketika kami akan meninggalkan stadion, tiba-tiba ada dua orang menghampiri kami, rupanya mereka adalah wartawan dan fotografer Bandung Ekspres, sebuah harian di Bandung. Wawancara singkat pun berlangsung, tentu tentang Aremania di Bandung, yang akan hadir di Siliwangi keesokan harinya.


Coba tebak, apais ini

Malamnya, bapak-bapak pengurus Paguyuban Arema Parahyanan (induk Aremania Parahyangan) tak mau kalah dengan kami (Aremania) yang relatif berusia muda. Bersama Arema Licek, para bapak tersebut juga antusias terhadap pemain, pelatif, dan official. Salah satu cara menunjukkan dukungan terhadap sesuatu yang berhubungan dengan Ngalam, tanah kelahiran dan leluhur berada.

Beli tiket di Fanshop Viking, diliput TVOne.
Hari Minggu, tidak seperti biasanya membuat ayas semangat untuk bergegas bangun dari tempat tidur. Itulah hari yang ayas nantikan sejak pertama melihat jadwal pertandingan ISL 2010-2011. Pukul 07.30 ayas, Sam Adit, Sam Nanang, dan Mbak Emil sampai di Fanshop Viking, bertemu dengan Kang Aping untuk mengambil tiket yang telah kami pesan sebelumnya. Pada saat yang sama, koresponden salah satu media elektronik (TV One) hadir dan meminta wawancara kepada kami dengan memakai atribut. Liputan tersebut tayang di acara Kabar Siang. Salah satu bukti bahwa Aremania terang-terangan datang ke Siliwangi.

Setelah itu kami membeli harian Bandung Ekspres, berita tentang Bobotoh – Aremania ada pada halaman depan salah satu bagian koran tersebut, dengan foto kami (Aremania) berpose di Stadion Siliwangi pada sore sebelumnya. Inti dari berita tersebut adalah wawancara dengan Pak Heru selaku ketua Viking dan Sam Untung perwakilan Aremania Parahyangan, dimana kedua belah pihak berusaha menjaga hubungan baik, dengan mempersilahkan mendukung klub masing-masing, salah satunya penerimaan Aremania di Siliwangi. Tugas suporter adalah memberikan dukungan kepada tim, bukan untuk mencari musuh, begitulah kalimat terakhir berita tersebut.


Calo tiket dadakan, khusus Aremania

Pukul 15.00 WIB, Aremania Parahyangan sepakat berkumpul di kost salah satu nawak, yang berjarak 500 meter dari stadion, untuk koordinasi, pembagian tiket, dan parkir kendaraan. Turut bergabung bersama kami Sam Arif Aremania Bogor, Sam Yusuf Aremania Tangerang, dan Mbak Ocha dkk Aremania Batavia. Kemudian kami berangkat dengan berjalan kaki, menuju Stadion Siliwangi.

Spanduk Arema di Siliwangi
Pukul 15.45 WIB kami sudah berada di Tribun VIP Samping Selatan, sengaja datang lebih awal demi keamanan dan kenyamanan. Turut bergabung bersama kami Kang Erwin Bobotoh Purwakarta, Kang Puja Viking Banjar, dan Sam Ardik Aremania Ngalam yang telah datang di Bandung beberapa hari sebelumnya. Sembari menunggu, kami melihat spanduk sederhana 2 x 1 meter terpasang di Tribun Selatan, kami cukup jelas melihat spanduk dengan tulisan hitam yang masih terbaca karena background spanduk berwarna putih, dengan posisi kami yang membelakangi spanduk, kami mulai tersenyum ketika menyadari bahwa tulisan dalam spanduk itu adalah “VIKING – AREMANIA SATU BIRU BUKAN MUSUH”. Kabarnya yang membuat spanduk tersebut adalah komunitas Viking di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Sebuah kabar lain, di Tribun Timur pun terdapat spanduk dengan isi yang serupa.

Sekitar pukul 17.00 WIB, di Tribun Utara terdapat sebuah aktivitas yang menarik mata kami untuk melihat dari kejauhan. Pak Heru Joko telah membuktikan kata-katanya untuk membentangkan Spanduk Arema di Siliwangi. Dengan susah payah beberapa Viking berhasil membentangkan gambar Singa bertuliskan “FROM AREMA WITH BIG HEART”. Sungguh membuat kami luar biasa gembira. 20 menit spanduk terpasang, stadion mulai riuh rendah suara suporter yang menginginkan spanduk itu dilepas. Akhirnya setelah terjadi negosiasi yang rupanya cukup alot, spanduk itu diturunkan. Sedih.

Tak lama, Pak Dian (Viking) mendatangi kami, meminta maaf bahwa usaha mereka membentangkan spanduk Arema di Tribun Utara tidak sukses, namun sebuah spanduk yang lain masih akan dibentangkan.
Siliwangi sempat diguyur hujan, namun singkat. Ketika Bus pemain Arema memasuki sisi selatan Stadion Siliwangi, reflek kami berdiri membentangkan syal Arema, tak peduli pandangan beberapa Bobotoh yang cukup aneh melihat kehadiran kami di antara mereka. Ya, walaupun luapan ekspresi kami ketika itu tidak sebebas di Kanjuruhan tentunya, tapi rasa syukur mendukung langsung dengan jumlah yang sangat minim untuk ukuran Aremania tak membuat kami berkecil hati. Yakin, punggawa Singo Edan tetap berjuang dengan maksimal.


Spanduk Arema di Tribun Utara Siliwangi

Gagal dengan spanduk pertama, spanduk yang lebih besar kembali dibentangkan, kali ini lokasinya tepat di bawah kami, Tribun VIP Samping Selatan. Spanduk bertuliskan “AREMA INDONESIA DARI ISL MENUJU LCA” pun dengan susah payah dibentangkan, kali ini Pak Heru dkk lebih protektif dengan meminta bantuan aparat kepolisian untuk menjaga spanduk tersebut. Setelah beberapa menit spanduk terpasang, lagi-lagi suara kontra meminta spanduk tersebut diturunkan semakin menggema di Siliwangi. Demi menghindari bentrok antar bobotoh (gara-gara spanduk Arema), maka spanduk tersebut diamankan kembali.

Perlu nawak-nawak ketahui bahwa kedua spanduk tersebut benar-benar berasal dari Malang, yang dibawa ke Bandung oleh Aremania (persembahan Aremania Korwil Chili dengan dukungan Ultras, dikirim oleh forum aremania.com), dan pihak yang membentangkan spanduk adalah beberapa Viking atas perintah Pak Heru Joko (Ketua Viking Pusat), usaha mereka sejak awal ditentang oleh banyak pihak, bahkan mereka sampai harus menunjukkan KTA untuk meyakinkan suporter lain bahwa mereka Viking, bukan Aremania, (faktor keselamatanlah yang membuat spanduk itu dibentangkan bukan oleh Aremania sendiri).

Satu per satu Aremania di Tribun VIP Samping Selatan bertambah, hingga mencapai kurang lebih 35 orang. Ayas mendapat kabar bahwa di Tribun VIP (tengah) ada beberapa Aremania yang memakai atribut lengkap.
Pemasangan spanduk ini merupakan aksi yang cukup menyita perhatian, luar biasa bahwa dedengkot Viking seperti Pak Heru Joko, Kang Bonie, Kang Martin, Kang Andre (dirigen Tribun Utara) rela adu argumen dengan pihak-pihak yang tidak senang akan hal itu. Sebuah usaha yang patut diapresiasi, mereka adalah Viking yang masih menjunjung tinggi bahwa sejarahnya Aremania – Viking tidak pernah terlibat bentrok fisik di Stadion.

Kejadian-kejadian yang terjadi di musim lalu, sarat dengan provokasi pihak-pihak yang menginginkan ketidakharmonisan kedua suporter. (Fakta lain Viking memiliki beberapa pandangan tentang hubungan dengan Aremania). Jadi, nawak-nawak sebaiknya mari kita belajar dari sejarah, dan memahami situasi yang terjadi, dan menjaga kejernihan hati dari provokasi negatif. Sebuah usaha yang luar biasa dalam harmonisasi hubungan, ditengah pro kontra Aremania-Viking.

Aremania Aman
Kami cukup menikmati pertandingan malam itu, (sekali lagi) walau tak cukup leluasa berteriak-teriak mendukung Kurnia Meiga dkk, kami tak ingin terlihat mencolok di antara Bobotoh. Yel-yel Aremania pun tetap kami nyanyikan walau sambil bergumam.

Inilah solidaritas Aremania, jeda pertandingan nawak-nawak Aremania membawa masuk sekardus nasi bungkus, beberapa kresek air mineral dalam plastik, (di Tribun Samping VIP tidak kami jumpai penjual nasi bungkus seperti di Kanjuruhan, atau sate 02 favorit ayas, hehe) kemudian kami makan dengan lahap. Konsumsi tersebut merupakan sumbangan dari donator yang kebetulan tidak bisa bergabung menonton di Stadion (Sam Setianto Basuki, Pak Eko ‘Kapten’, beserta nawak-nawak lain yang belasan tahun mendahului kami merantau ke Bandung, rutam nuwus). Beberapa suporter sekitar satu meter dari ayas rupanya sangat tidak suka dengan Aremania (terlihat dari ucapan-ucapannya), mereka tahu bahwa kami Aremania, namun soal makanan, kami masih punya basa-basi saling menawari dan berbagi. Kami cukup berhati besar untuk tidak mempertahankan ego masing-masing, dan mampu menahan emosi.


Tak peduli hujan, kami tetap mendukungmu

Dua puluh menit pertandingan babak kedua, reflek ayas dan nawak-nawak berteriak GOL! Saat Roman berhasil menceploskan bola ke gawang Markus. Seketika itu juga, ayas sadar bahwa lelucon yang kami obrolkan beberapa waktu sebelumnya tentang rencana bagaimana ekspresi kami saat Arema berhasil mencetak gol ke gawang Persib, dengan cukup berteriak dalam hati, tidak dapat menutupi ekspresi kegembiraan kami, cukup berteriak satu kata, dan saling bersalaman, menepuk punggung dan mengucapkan selamat. Sekali lagi, kami tak ingin terlihat mencolok, lagi-lagi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kemungkinan terburuk bisa saja terjadi, siapa tahu. Tapi fakta, bahwa tim tamu lebih unggul dari tuan rumah, membuat kami sangat gembira.

Enam menit berikutnya, kontak fisik M. Ridhuan dan Wildansyah yang terjadi tepat di depan tribun kami mengawali semua. Kejadian berlangsung dengan cepat, wasit yang dianggap tidak tegas, suporter yang mulai melempar botol ke arah polisi, suporter Tribun Utara yang mulai tidak sabar, polisi yang bergerak agak lambat, Pablo Frances yang dikejar polisi, banyak hal yang tidak seharusnya terjadi. Saat itu kami sadar bahwa situasi memanas, kami yang berjumlah puluhan tidak mau mengambil resiko apapun, sehingga kami memutuskan untuk keluar stadion.

Yang perlu digaris bawahi adalah aksi Bobotoh di Siliwangi bukan karena Arema atau Aremania, tapi lebih kepada ketidakpuasan mereka terhadap wasit Najamudin Aspiran yang mereka anggap tidak tegas, atau akumulasi kekecewaan Bobotoh yang merasa dikerjai baik kandang ataupung tandang.


Pemandangan di Siliwangi

Dalam perjalanan menuju tempat berkumpul, beberapa dari kami melihat seorang Viking Purwakarta (dari kaos yang dikenakan) dengan kondisi yang memprihatinkan sedang terkapar di pinggir jalan, Bobotoh yang menemani kami langsung menghampiri seorang suporter tersebut, ternyata mereka saling kenal. Rupanya Viking tersebut terkena gas air mata aparat polisi, kami melakukan pertolongan seadanya, sambil melihat situasi tentunya, tak ingin keselamatan kami dipertaruhkan begitu saja. Selalu miris dengan hal-hal seperti ini.
Sesampainya di kost salah satu nawak, kami mendengarkan siaran RRI Bandung, rupanya pertandingan dilanjutkan, demi memberi informasi kepada nawak-nawak Aremania yang tidak dapat menyaksikan pertandingan, kami sibuk update via jejaring sosial. Dendi terkena kartu kuning, dan menit ke-77 Atep berhasil mengoyak gawang Kurnia Meiga.

Pukul 22.15 WIB ayas berencana mampir dahulu mampir ke Fanshop Viking, bertemu dengan Viking Batam yang ingin barter stiker. Namun sesampainya di ujung Jl. Banda, ayas memutuskan untuk langsung pulang, karena situasi yang terjadi sangat tidak kondusif.

Terima kasih kepada nawak-nawak Aremania yang tidak hentinya memberikan dukungan kepada Aremania Parahyangan untuk hadir di Siliwangi dan setiap saat menanyakan kondisi kami. Juga terima kasih untuk Viking Persib Club – Pusat (Pak Heru Joko dan rekan-rekan) yang berjuang membentangkan spanduk Arema di Siliwangi, satu bukti bahwa masih ada pihak-pihak yang ingin mengembalikan hubungan yang harmonis seperti sedia kala antara Aremania dan Viking (menilik fakta sejarah). Kami mendengar pula bahwa di tempat lain seperti Batam, Jogja, dan Kalimantan ada nonton bareng Aremania – Viking yang berlangsung secara guyub.

Aremania yang jauh dari kandang singa…
Mendukung dengan apa yang mereka punya
Berkarya dengan apa yang mereka bisa
Menunjukkan rasa cinta dan bangga
Tak gentar tunjukkan eksistensinya
Walau berpijak di Tanah Sunda
Tapi hati, jiwa, dan raga tetap AREMA
Selalu dan selamanya
Salam Satu Jiwa!!!



Terimakasih

0 komentar:

Posting Komentar