Selesai sudah musim 2010-2011, selesai sudah musim yang terasa sangat panjang bagi Arema Indonesia, musim yang dipenuhi dengan masalah yang datang silih berganti tanpa kenal ampun. Tapi, ini semua bukan berarti masalah akan segera pergi dari Arema Indonesia, yang jelas badai belum berlalu. Kini masalah yang ada tinggal menyisakan permasalahan dalam tubuh manajemen, dan biarlah itu diselesaikan oleh manajemen kita sebagai Aremania cukuplah urun rembug, dan jangan sampai makin menambah keruwetan yang terjadi.
Musim ini adalah musim ujian bagi Aremania dan Arema Indonesia, musim ini adalah musim dimana karakteristik masing-masing personal akhirnya dibuka oleh Allah. Siapa saja Aremania yang benar-benar loyal kepada Arema Indonesia, yang selalu tanpa kenal lelah mendukung Arema dalam setiap pertandingan, apapun yang terjadi. Mana saja dalam tubuh manajemen orang-orang yang benar-benar mencintai Arema dan melakukan semuanya demi nama Arema Indonesia, serta siapa-siapa saja yang hanya mencoba mencari keuntungan dari nama besar Arema Indonesia. Semuanya terkuak musim ini, dan musim ini haruslah menjadi musim yang penuh pelajaran bagi semua pihak dalam tubuh Aremania dan Arema Indonesia, sehingga segala kesalahan dan kebodohan yang terjadi musim ini, janganlah sampai terulang lagi di musim-musim yang akan datang, karena saya yakin Aremania dan Arema Indonesia adalah golongan-golongan Ulul Albab, yakni orang-orang pintar dan baik yang mampu mengambil hikmah dari segala sesuatu.
Tapi anehnya, justru musim inilah saya benar-benar bisa merasakan bagaimana sepakbola itu sesungguhnya, benar-benar merasakan bagaimana rasanya mencintai dengan sangat, bagaimana rasanya sakit hati tapi masih bisa mencintai, ibarat orang pacaran, saya sudah diselingkuhi dan perselingkuhan itu saya ketahui, tapi tetap saja saya mencintai pacar saya itu, hanya karena saya mencintai pacar saya itu dengan sepenuh hati dan tidak bersyarat. Itulah Aremania, sudah berkali dikhianati oleh manajemen musim ini, sudah berkali-kali di bohongi oleh manajemen, tapi Aremania tetap mendukung Arema Indonesia, Aremania tetap mencintai Arema Indonesia, tapi, ada beberapa Aremania yang memang cintanya bersyarat, dan itu wajar dalam urusan percintaan. Tapi, yang perlu kita ingat, dipertandingan terakhir kemarin, Aremania membuktikan cintanya kepada Arema Indonesia. Cinta itu masih ada, kerinduan masih ada, dan sepinya stadion dalam beberapa pertandingan musim ini, hanyalah karena cinta beberapa Aremania bersyarat.
Stadion Sepi, Apakah Sama Dengan Cinta Bersyarat?
Tidak perlulah, kita menyesali apa yang terjadi musim ini, kekalahan kita dari Persipura dalam perburuan gelar juara musim ini adalah sesuatu yang layak kita jadikan pelajaran, karena pada hakekatnya, kekalahan, kegagalan, adalah setinggi-tingginya ilmu pengetahuan, untuk mengalami kemenangan, kita tidak memerlukan persiapan mental sebanyak dan seberat daripada mengalami kekalahan. Ketika menang, kita hanya tinggal bergembira dan berpesta, sementara untuk kekalahan, kita harus menyiapkan diri untuk menerima hinaan, cacian, dan hal-hal lain yang menyakitkan hati. Cerita tentang seorang Liverpudlian yang bunuh diri ketika Liverpool kalah 3-0 di separuh babak pada final Liga Champions Eropa melawan AC Milan, padahal akhirnya Liverpool menjadi juara, menjadi bukti betapa sulitnya menerima kekalahan daripada kemenangan, padahal saat itu Liverpool belum benar-benar dinyatakan kalah. Bagaimanapula pemain timnas Kolombia, Escobar, meninggal ditembak fans Kolombia, setelah dia mencetak gol bunuh diri, dan membuat Kolombia pulang dari Piala Dunia. Banyak orang lemah yang hanya bisa percaya diri hidupnya kalau ia punya kekayaan. Begitu ia miskin, hancur hatinya. Sementara ada puluhan juta orang kuat yang meskipun hidupnya miskin tetap bisa bahagia dan ceria. Demikianlah banyak orang-orang lemah yang untuk bisa hidup ia membutuhkan jabatan, butuh menyakiti orang lain, butuh mengungguli orang lain, butuh menang atas orang lain, butuh menjadi pejabat, butuh menjadi direktur, butuh menjadi sarjana dan doctor. Kalau mereka tak memiliki itu semua, hancur hatinya.
Musim ini, Aremania membuktikan betapa kuatnya mental Singa kita, setelah musim yang membanggakan dan penuh kebahagiaan pada 2009-2010, lalu musim 2010-2011 ini yang penuh dengan kebohongan dan sakit hati, tapi Alhamdulillah sampai saat ini, kita tidak mendengar ada Aremania yang bunuh diri, ataupun pemain yang meninggal karena di bunuh fansnya sendiri, karena gagal meraih gelar juara ini. Yang ada, Aremania dan Arema Indonesia berhasil menduduki peringkat dua di tabel klasemen akhir Liga Super Indonesia, serta menjadi Juara dalam masing-masing hati Aremania.
Ribuan Orang Datang Ke Kanjuruhan Sebagai Rasa Cinta
Akhirnya, terima kasih Ya Allah, untuk musim yang penuh pelajaran ini, terima kasih, telah mengingatkan kami, bahwa tidak selamanya kami akan ada di puncak, selalu ada saat dimana kami akan terlihat seperti orang bodoh, terima kasih masih memberikan kenikmatan kepada kami di tengah kondisi carut marut ini, maafkanlah, bila selama ini kami sering melanggar perintah-Mu demi membela Arema Indonesia, tolong bimbinglah kami, agar dapat melaksanakan perintah-Mu sekaligus tetap membela Arema Indonesia, agar kepentingan dunia dan akhirat kami bisa selaras. (@Trezegulum17)
Petilasan Brontoseno, 20 Juni 2011
00.14 WIB
0 komentar:
Posting Komentar